Minggu, 07 Desember 2014

7. Responding Paper Gender Dalam Agama Kristen Peranan Perempuan Menurut al-Kitab

Ahmad Fauzi
1112032100055
Perbandingan agama (B)
Responding Paper Gender Dalam Agama Kristen

Peranan Perempuan Menurut al-Kitab
Kata peran diambil dari istilah teater dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompok-kelompok masyarakat. Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri terhadap keadaan. Ada beberapa peran yang kita miliki sejak lahir dan tidak pernah kita pikirkan karena peran tersebut merupakan bagian dari kehidupan. Seperti saat kita sebagai anak perempuan, kemenakan, kekasih, istri, ibu, saudara perempuan dan bibi. Sehingga perubahan dari kanak-kanak ke masa dewasa membawa serta peran-peran baru yang mengubah peran-peran sebelumnya.
Iman orang Kristen adalah bahwa Kristus telah mengorbankan dirinya untuk manusia dan manusia harus meneladaninya, untuk melayani yang lain demi Dia. Jadi inti iman orang Kristen adalah kasih dan pelayanan.
Zaman dahulu peran perempuan hanya dalam keluarga saja yaitu sebagai istri dan sebagai ibu, yang mana perempuan bertugas di rumah melayani suami dan memelihara anak saja. Karena perkembangan dan tuntutan zaman sehingga peran perempuan juga mengalami perubahan, seorang perempuan juga mempunyai peluang yang sama seperti laki-laki. Dalam pembahasan ini, peran dibedakanmenjadi dua, yakni peran seksualitas dan peran gender.     
Peranan Perempuan dalam al-Kitab dapat dilihat sebagai berikut:
                                                               1.         Perjanjian Lama
1)      Perempuan diciptakan oleh Tuhan agar bersama-sama dengan lakilaki boleh melaksanakan amanat Tuhan di dunia ini. Dalam hal ini, penciptaan melalui Hawa. Sebagaimana dalam Kejadian 1:26 dan 2:25
2)      Perempuan sebagai bidan, dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak. Mereka itu adalah Sifra dan Pua, sebagaimana dalam Keluaran 1:15-21.
3)      Perempuan sebagai nabi, seperti Miryam (Keluaran 15:20), Debora (Hakim-Hakim 4), Hulda (2 Raja-raja 22:14; 2 Tawarikh 4:22), Istri Yesaya, sebagaimana dalamYesaya 8:3.
4)      Perempuan sebagai pemimpin dan hakim, seperti Miryam (Keluaran 15-21) dan Debora (Hakim-hakim 4-5).
5)      Perempuan yang berani mengambil keputusan, seperti Rut (Rut 1:16).
6)      Perempuan yang tabah dan gigih, seperti Hana (1 Samuel 1:1-2:10).
7)      Perempuan yang menyelamatkan Israel dari kebinasaan, yaitu Ester (Ester 1-10).
                                          2.         Perjanjin Baru
1)      Perempuan dipakai oleh Tuhan sebagai sarana kedatangan Juru selamat, yakni melalui Maria, ibu Tuhan Yesus (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7).
2)      Perempuan bersama dengan laki-laki disebut sebagai yang benar dihadapan Allah, dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat, yakni Elisabet (Lukas 1:5-6).
3)      Perempuan sebagai pelayan, sibuk melayani makanan dan minuman, seperti Martha, sebagaimana dalam Lukas 10:40.
4)      Perempuan beroleh kesempatan untuk mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus sebagaimana layaknya murid Tuhan Yesus yang semuanya laki-laki. Tuhan Yesus menyebut tindakan Maria dari Baitani (Lukas 10:39,42) sebagai yang telah memilih bagian terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.
5)      Perempuan yang melayani Tuhan Yesus, seperti Maria, Magdalena, yohana dan Susana (lukas 8:1-3).
6)      Perempuan yang turut hadir di ruangan atas, setelah kenaikanTuhan Yesus ke Sorga (Kisah Para Rasul 1:14)
7)      Perempuan sebagai saksi pertama atas kebangkitan Tuhan Yesus, dan yang pertama meneruskan berita itu. Mereka itu adalah Maria Magdalena, Yohana dan Maria ibu Yakobus (Matius 28:1-8, Lukas 24:1-12, Yohanes 20:1-10).
8)      Perempuan yang telah bekerja keras untuk pelayanan. Dialah Maria (Roma 16:6).
9)      Perempuan yang melayani jemaat, sebagai pemimpin jemaat. Dialah Febe (Roma 16:1).
10)  Perempuan sebagai pemimpin jemaat rumah, seperti Priskila (1 Korintus 16:19).
11)  Perempuan yang beribadat kepada Allah, dan yang menyokong tugas-tugas pelayanan Paulus. Dialah Lidia (Kisah Para Rasul 16:14-25).
12)  Perempuan yang bekerja keras di dalam Tuhan dengan beraksi, berdo’a, mengajar dan menolong. Mereka adalah Trifena dan Trifosa (Roma 16:12).
13)  Perempuan sebagai nabi. Dialah Hana (Lukas 2:36-38).
14)  Perempuan yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah.Dialah Dorkas atau Tabita (Kisah Para Rasul 9:36).
15)  Perempuan sebagai pengusaha, seperti Lidia (Kisah Para Rasul 16:14).
 Peranan Gender Perempuan menurut al-Kitab
Secara biologis, manusia dilahirkan sebagai laki-laki (pria) atau sebagai perempuan (wanita). Kemudian ia dididik sebagai seorang anak laki-laki atau sebagai anak perempuan, supaya nanti dapat menjadi seorang laki-laki dewasa atau seorang perempuan dewasa sesuai dengan harapan masyarakat. Jadi secara sosiologis, ia dikonstruksi menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan dengan tugas dan peran tertentu. Akibat dari konstruksi sosial tersebut seorang manusia akhirnya mendapatkan identitas gender menurut jenis kelaminnya ia masuk ke dalam suatu stereotip bentukan masyarakat, sehingga ia kehilangan identitas diri sebagaimana dikehendaki oleh sang pencipta.
Status Perempuan menurut al-Kitab
Dalam Kitab Kejadian 1 dan 2, dikisahkan tentang Tuhan Allah yang menciptakan langit dan bumi, laut serta segala isinya juga manusia, baik lakilaki maupun perempuan. Dari sini bisa kita lihat pengertian dan pemahaman tentang keberadaan laki-laki dan perempuan di dalam dunia. Berabad-abad lamanya, keberadaan perempuan dipahami hanya sebagai penyebab jatuhnya manusia ke dalam dosa. Ada juga yang memandang bahwa perempuan sebagai penolong laki-laki sebagai obyek seksualitas. Dari pemahaman-pemahaman tadi bisa membawa kepada diskriminasi seksual dan diskriminasi dalam segala aktivitas.
Ketidakadilan Gender Dalam Agama Katolik
Ketidak-adilan dan diskriminasi gender merupakan suatu sistem dan struktur di mana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sitem tersebut. Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan berbagai ketidak-adilan yang telah berakar dalam sejarah, adat norma, maupun berbagai struktur yang ada di masyarakat.
Pada bagian ini penulis ingin memberikan sebuah contoh kasus yang berkaitan dengan keadilan gender.  “Hidup dengan Seorang Monster” merupakan sebuah kisah dari seorang ibu yang mengalami KDRT. Sore itu datang seorang perempuan setengah baya, namanya Ibu Agnes (47 tahun) ke tempat seorang suster, sebuah Crisis Center. Perawakannya kurus kecil. Ia nampak sulit untuk mengawali pembicaraan walau akhirnya lancar dan tak terbendung. Ibu Agnes mempunyai seorang suami yang menurutnya seorang pekerja keras, taat beragama, kelihatannya tanpa cacat. Ia sendiri sudah membayangkan kehidupan keluarga separti keluarga Nazaret. Pada awalnya keluarga mereka sangat bahagia.
“Setelah enam tahun pernikahan suaminya mulai menunjukkan sikap disiplin yang sangat tinggi. menurut Ibu Agnes hal itu sudah berlebihan. Mulai dari bangun pagi samapai malam sang istri diberi jadwal yang ketat. untuk melakukan segala pekerjaan rumag termasuk menjaga anak-anak mereka dan mencatat aktivitas mereka. Kesalahan berujung pada hukuman cambuk yang mmenurut sang Bapak adalah cara pencapaian disiplin. Ketika Ibu Agnes membela anak-anaknya, ia sendiri juga menjadi sasaran amukan suami. semua hal dalam rumah diatur oleh suami bahkan sampai gaya rambut, model baju, seluruh anggota keluarga. tidak ada satu pun yang bisa memilih.
Kekerasan bertambah sering dan dalam berbagai bentuk baik fisik, makian, ancaman hingga diusir dari rumah. Tidak ada seorang pun yang tahu tentang keadaan ini dan kesan orang tentang keluarga Ibu Agnes. Suaminya tetap dianggap disiplin, berpendidikan. tidak ada yang tahu kalau di balik baju, tubuh mereka biru lebam.
                                     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar