Minggu, 07 Desember 2014

Feminisme? What the hell

SENIN, 09 MEI 2011



Feminisme….. sebuah aliran pemikiran yang sangat eksotis. Mengesankan ketika seorang wanita mulai memotong rambut panjangnya, memilih berambut sangat pendek, mulai merasa dirinya adalah perwujudan alam, mulai merasa manusia yang memilki sifat feminine dan maskulin adalah sosok manusia sempurna, tidak menikah karena merasa menikah adalah bentuk dominasi pria. Mungkin diantara lo adalah penganut atau setidaknya simpatisan dari feminisme. Yah, tulisan gw kali ini sedikit aja mengkritik feminisme. Buat lo yang gak setuju tolong jangan di hack lagi yah.
feminisme
Feminisme ya seperti yang udah lo tau itu datang dari barat, dari para wanita pada konferensi yang mengesankan itu. Nah, hal yang diperjuangkan kaum feminis adalah kesetaraan gender, tidak ada lagi bias gender, kesempatan yang sama antara pria dan wanita, menghapuskan dominasi pria, merubah struktur patriarki yang udah menahun, pokoknya emansipasi wanita. Kaum feminis selalu merasa diri mereka sebagai pihak tertindas yang merupakan korban dari sebuah “struktur”. Dominasi pria adalah merupakan bentukan masyarakat, dominasi pria merupakan sesuatu yang disosialisasikan secara sosial, dominasi pria merupakan nilai yang dilegalisasikan oleh struktur yang dibentuk masyarakat bla bla bla, pokoknya intinya selalu yang salah itu sistem, dan wanita hanya sebagai korban. Tapi, APA BETUL BEGITU?
Coba deh kita perhatikan anak-anak. Anak laki-laki ingin bermain dengan beragam benda, pokonya benda. Sedangkan anak perempuan ingin berinteraksi dengan orang lain. Itulah kenapa perempuan sangat suka bermain bekel, main lompat karet, main do-mi-ka-do, dan yang begituan. Anak laki-laki menginginkan kendali, dominasi dan pencapaian ke puncak, tapi para girls lebih berminat pada moralitas, hubungan dan orang-orang. Berikan pilihan pada wanita tiga buah boneka; boneka bayi, boneka teddy bear, dan boneka kurus kayak lidi. Mana yang mereka pilih? Ya tentu aja boneka bayi dan boneka teddy bear dong sambil berteriak “aah, manis sekali!” sedangkan pria Cuma heran aja liat reaksi berlebihan wanita terhadap benda berisi kapuk yang mahal itu. Kalo kata orang feminis “oh itu karena sang anak sudah disosialisasikan oleh orang tuanya tentang nilai bahwa perempuan itu feminine dan pira adalah maskulin” tapi apa benar begitu? kalo gitu ada gak ya situasi dimana anak-anak dibiarkan tumbuh dengan alami tanpa “sosialisasi nilai gender” buat membuktikan klaim dari kaum feminine itu?
TERNYATA ADA. Hahaha dunia memang luas! Adalah Isareli kibbutzin yang telah bertahun-tahun mencoba menghilangkan pencirian gender dari anak laki-laki dan wanita. Baju anak-anak, sepatu, gaya rambut, dan gaya hidup dibuat untuk satu gender saja, yaitu netral. Anak laki-laki disarankan untuk bermain dengan boneka, menjahit, merajut, memasak, dan membersihkan rumah, sedangkan anak perempuan dianjurkan untuk bermain sepak bola, memanjat pohon dan bermain dart.setiap anak memiliki kesetaraan kesempatan dan persamaan tanggung jawab di dalam kelompok. Bahasa-bahasa yang genderis seperti “anak laki-laki gagah tidak menangis” dan “gadis kecil tidak bermain di lumpur” dibuang. Lalu, APA YANG TERJADI?
Gambar bocah-bocah Israeli Kibbutzin

Setelah 90 tahun kibbutzin, ternyata anak laki-laki dalam kelompok kibbutzin tetap saja bermain dengan kasar dan berperilaku tidak patuh, membentuk kelompok, berantem dengan teman, membentuk hirarki tidak tertulis, dan mengadakan perjanjian. Sementara para gadis kecil saling berkerja sama, menghindari konflik, bersikap menyayangi, berteman, dan saling membagi. Nah konyolnya ketika diberi kebebasan untuk memilih kursus dan minat sendiri, Anak laki-laki memilih mata pelajaran fisika, teknik, dan olahraga. Sementara anak-anak perempuan memilih menjadi guru, penasihat, perawat, dan pengelola pribadi. AYO GIMANA HAI FEMINIS? CAN YOU EXPLAIN IT?
Itu karena kaum feminis itu mengabaikan fakta bahwa yang namanya pria dan wanita itu udah merupakan hal yang bersifat biologis, dan semua hal yang dikira adalah ekses dari struktur itu sebenarnya adalah konsekuensi logis dari biologis pria dan wanita yang emang udah jelas beda. Pria dan wanita itu gak Cuma beda dari segi kelamin doang tapi jelas beda dari segi hormone, otak dan lain-lain. Emang lo kira struktur bisa ngubah keadaan biologis? Hahahaha mabok struktur ya gitu jadi buta.
Pria ya pria dan wanita ya wanita, pembagian peran antara pria dan wanita itu ada sejak manusia pertama kali ada. Dari manusia pertama yang nginjak bumi, pria yang maskulin dan wanita yang feminine, pria yang berburu mencari makan dan wanita yang tinggal di goa meramu dan menjaga anak, wanita yang membujuk pria memakan buah di tengah surga, dan pria memutuskan untuk memakan buah tersebut, pria yang dengan berani menghadap tuhan menyatakan bersalah telah memakan buah dan wanita berharap-harap cemas sambil menyemangati sang pria, sang anak laki-laki membunuh adik laki-lakinya untuk mendapatkan wanita yang dicintainya. Itu udah alami. Trus siapa yang mengajarkan manusia pertama untuk berlaku maskulin bagi pria dan feminine bagi wanita? Struktur? Hey I don’t think so sebab saat belum ada manusia lain yang bisa diajak membentuk struktur, yang ada Cuma dua orang manusia; satu laki-laki dan satu wanita. Trus apa yang membuat pria berlaku maskulin dan wanita berlaku feminine ? Ya itu jelas karena emang faktor biologis kan?
adam dan hawa
Ya katakanlah diantara lo ada yang atheis, penganut teori evolusi dan semacamnya. Ya sama aja. Emang siapa yang ngajarin manusia pertama yang udah abis berevolusi dari primata itu untuk berlaku maskulin untuk pria dan feminine untuk wanita? Struktur? Ya gak mungkin lah lha wong CC otak aja masih segitu, boro-boro mikir rumit kayak bentuk struktur. Hey mereka itu cuma makhluk yang bisa bikin kapak yang gak jelas bentuknya aja udah seneng. Gak mungkin bisa membentuk struktur patriarki bla bla bla. Lagi-lagi faktor biologislah penyebabnya.
manusia purba
Dan masih banyak lagi bukti-bukti kekeliruan feminis, tapi karena ini Cuma blog jadi gw kasih segini aja ya tapi mungkin kapan-kapan gw lanjutin lagi. Wanita memang masih jadi minoritas dalam bidang bisnis besar dan arena politik, tetapi itu bukan karena tekanan dari pria tapi karena wanita memang tidak terlalu berminat pada hal-hal tersebut. Iya kan? Coba direnungkeun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar